I was Died

Betapa takut dan terkejutnya aku saat terbangun pagi-pagi buta, karena terusik oleh sebuah mimpi dalam mimpiku yang lain. Yeah, I have a dream when the last night. Mimpi yang gak bisa dibilang nightmare, tapi gak bisa disebut sweat dream juga. Pertengahan di antara keduanya, walaupun sebenarnya itu shock me. In my dream of the other dream, I’m die by some accident, I don’t know what the accident, yang jelas ada hubungannya dengan air dan kura-kura.

nightmare
Dalam mimpi itu, setelah kecalakaan yang aku alami aku banyak terluka, all of my body are so bloody. Even, I can taste and smell of the blood, I can feel how the hurt on my skin, how my blood out of my body and I can see how my family, Mamah, Bapak, dan Aa so sad and very shock ngeliat kondisiku yang terluka sangat teramat parah seperti itu. But, something I remember, when I feel all of those are real, I was so happy. Aku tersenyum mendapati tubuhku terbaring di lantai dengan darah yang “masih berceceran” di sekitar tubuhku, I’m still smile.

“Please, jangan pergi, jangan pergi kemana-mana, teteh pasti baik-baik aja kok.” Itu kata-kata Aa saat melihat aku semakin lemah.

And then, dengan senyum termanis yang aku tahu aku tak pernah tersenyum semanis itu, terkembang di wajahku, aku bilang, “Don’t worry, I will be fine.”

Padahal saat itu aku tahu, waktu itu, detik itu juga, I will go back to My Lord, My Creator and never come back again. Terdengar dengan lembut di samping telingaku, ada kalimat “La ilaha illallah”, dikumandangkan. Aku ingin mengucapkannya, tapi tepat saat itu, ternyata Allah harus menyadarkanku kembali pada kenyataan yang sebenarnya. That’s just a dream.

Yeah, once more again, That’s just a dream.

Mimpi yang seolah menamparku, “menodongku”, mengingatkanku, bahwa mungkin aku lupa akan hadirnya Malaikat Izroil Sang pencabut nyawa, yang selalu mengikutiku dan siap kapan saja mengambil nyawaku, rohku, jiwaku yang terbalut tubuh penuh dosa ini tanpa aku ketahui kapan, dimana, bagaimana, dan sedikitpun aku tidak bisa mempersiapkan diri.

Sooner or later, now or future, ready or not, death will always follow me.

Dan saat aku benar-benar sadar masih berada dalam dunia nyata di alam dimana aku dilahirkan, dengan segera aku berwudhu, memakai mukena, dan kemudian terhanyut dalam dialogku bersama-Nya, dalam lantunan ayat-ayat Al-Quran, dan bait-bait doa yang aku panjatkan pada-Nya. Memohon ampunan atas segala kekhilafan yang telah aku lakukan selama masa hidupku.
“Allah, aku lalai, aku hina, tetapi tidak ada yang dapat menerima ampunanku selain Engkau Ya Gaffar, maka ampunilah aku, hamba-Mu.”

And then now, I’m still alive and live following all of the guidelines that Allah given  to me.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Resep Bunda Catering Bandung

Berawal Dari Keahliannya dalam PERTANIAN

The Story with 'Pelabuhan Ratu'